Tersesat di Pulau tak berpenghuni (Pulau Sempu)
16-17 Maret 2013, sekali lagi aku merasakan pengalaman yang Luar biasa mengesankan sekaligus mendebarkan, awalnya kami aku,diky,mas Elanda,percez,narji,joko,habib(mengong),agum,mas wahyu,mbak ima,mbak titu,dan mbak lena. berencana untuk pergi ke pulau Sempu (malang) tapi dengan tak ada persedian (entah apa yang kami fikir hingga tak membawa bekal yang cukup) tanpa tenda,tanpa alas kaki,tanpa pencahayaan (hanya hp senter 1 buah,tanpa pemandu) dan satulagi kami mulai masuk pulau ini terlalu larut kami menyebrang menggunakan perahu pada pukul 17.00 Wib, masuk hutan tanpa persediaan dan tanpa tau arah karena jalan utama untuk mencapai tujuan kami yaitu segoro anakan.
sangat tidak memungkinkan untuk dilewati, dengan hanya bermodal satu buah hp senter dan 1 buah hp lagi untuk menerangi bagian belakang rombongan kami, kami berjalan beberapa ratus meter kedalam pulau yang tak berpenghuni dan sekaligus menerobos hutan dipulau itu tiba2 adzan magrib berkumandang dari arah kami datang kami berhenti sejenak dan dan mengambil nafas serta menjawab adzan, karena kalian tau jalan yang kami lalui itu takbisa dilalui dengan sendal, becek, berlumpur (selutut), licin berbatu, dan akar pohon yang begitu besar dan luar biasa banyak, ini baru mulai perjalanan dan kami juga harus melewati pohon2 yang tumbang dengan cara menaikinya ataupun lewat bawah pohon pohon itu, hanya beberapa ratus meter lagi kami berjalan matahari sudah tak menampakan sinar lagi dan karena hutan itu sangat lebat hingga air hujan tak bisa membasahi kami yang melewati bawah pepohonan, dan juga sinar bintang dan bulan hanya sedikit yang dapat menembus dedaunan dan ranting pohon2 yang berusia puluhan dan mungkin ratusan tahun, kata agum jika jalanan normal (tidak musim hujan) dan kita berjalan saat siang hari maka perjalanan bisa di tempuh antara 1,5 jam hingga 2 jam itupun dengan menyewa alas kaki (sepatu khusus = @10.000), tapi kami tidak menyewa sepatu itu, akhirnya kami tetap menyusuri hutan itu.
Tapi waktu sudah bergulir 3 jam dan kami belum menemukan tanda2 desiran ombak yang menerjang batu karang, diperjalanan diky salah seorang rombongan kami yang juga berasal dari Bojonegoro mengalami cidera kakinya robek beberapa centimeter dan harus segera di tangani kami langsung membasuh luka itu dengan persediaan air yang kami miliki yang hanya tinggal 4 botol (bayangkan untuk 12 orang) ,dan otomatis kami tersesat dihutan itu hingga kami hampir putusasa dan ada juga y ang mengeluh itu menambah beban kami, mental, fisik, kesetiakawanan, dan organisasi kami diuji mati2an saat situasi itu, luar biasa meski ada cekcok sedikit tapi kami berhasil meredam ego kami masing2 yang ada difikiran kami hanya 2 kami harus cepat sampai pantai atau kami harus tidur di tengah hutan belantara (tanpa tenda karena kami tak membawa tenda) dan juga beralaskan lumpur waw halyang luar biasa, kami juga tak bisa meninggalkan wanita si mbak lena juga mempunyai asma wah... lengkap bener ujian ini.
Saat kami mulai kehausan kami juga menahan ego kami untuk membagi persediaan air yang kami miliki disaat 2 yang menipis dan kritis aku berfikir (kalu mau diklat organisasi bawa sini aja , bagi jadi beberapa kelompok dan suruh masuk hutan saat malam hari kayak gini tanpa pemandu)wah... pasti jadinya organisasi bisa baik atau jika mereka tak bisa bekerjasama maka mereka akan hancur dan mungkin akan bertengkar atau mungkin akan ada yang memisahkan diri dari kelompok dan akhirnya hilang di tengah pulau yang tak berpenghuni, sadis..... wkkwkwk.
sangat tidak memungkinkan untuk dilewati, dengan hanya bermodal satu buah hp senter dan 1 buah hp lagi untuk menerangi bagian belakang rombongan kami, kami berjalan beberapa ratus meter kedalam pulau yang tak berpenghuni dan sekaligus menerobos hutan dipulau itu tiba2 adzan magrib berkumandang dari arah kami datang kami berhenti sejenak dan dan mengambil nafas serta menjawab adzan, karena kalian tau jalan yang kami lalui itu takbisa dilalui dengan sendal, becek, berlumpur (selutut), licin berbatu, dan akar pohon yang begitu besar dan luar biasa banyak, ini baru mulai perjalanan dan kami juga harus melewati pohon2 yang tumbang dengan cara menaikinya ataupun lewat bawah pohon pohon itu, hanya beberapa ratus meter lagi kami berjalan matahari sudah tak menampakan sinar lagi dan karena hutan itu sangat lebat hingga air hujan tak bisa membasahi kami yang melewati bawah pepohonan, dan juga sinar bintang dan bulan hanya sedikit yang dapat menembus dedaunan dan ranting pohon2 yang berusia puluhan dan mungkin ratusan tahun, kata agum jika jalanan normal (tidak musim hujan) dan kita berjalan saat siang hari maka perjalanan bisa di tempuh antara 1,5 jam hingga 2 jam itupun dengan menyewa alas kaki (sepatu khusus = @10.000), tapi kami tidak menyewa sepatu itu, akhirnya kami tetap menyusuri hutan itu.
Tapi waktu sudah bergulir 3 jam dan kami belum menemukan tanda2 desiran ombak yang menerjang batu karang, diperjalanan diky salah seorang rombongan kami yang juga berasal dari Bojonegoro mengalami cidera kakinya robek beberapa centimeter dan harus segera di tangani kami langsung membasuh luka itu dengan persediaan air yang kami miliki yang hanya tinggal 4 botol (bayangkan untuk 12 orang) ,dan otomatis kami tersesat dihutan itu hingga kami hampir putusasa dan ada juga y ang mengeluh itu menambah beban kami, mental, fisik, kesetiakawanan, dan organisasi kami diuji mati2an saat situasi itu, luar biasa meski ada cekcok sedikit tapi kami berhasil meredam ego kami masing2 yang ada difikiran kami hanya 2 kami harus cepat sampai pantai atau kami harus tidur di tengah hutan belantara (tanpa tenda karena kami tak membawa tenda) dan juga beralaskan lumpur waw halyang luar biasa, kami juga tak bisa meninggalkan wanita si mbak lena juga mempunyai asma wah... lengkap bener ujian ini.
Saat kami mulai kehausan kami juga menahan ego kami untuk membagi persediaan air yang kami miliki disaat 2 yang menipis dan kritis aku berfikir (kalu mau diklat organisasi bawa sini aja , bagi jadi beberapa kelompok dan suruh masuk hutan saat malam hari kayak gini tanpa pemandu)wah... pasti jadinya organisasi bisa baik atau jika mereka tak bisa bekerjasama maka mereka akan hancur dan mungkin akan bertengkar atau mungkin akan ada yang memisahkan diri dari kelompok dan akhirnya hilang di tengah pulau yang tak berpenghuni, sadis..... wkkwkwk.
ok singkat cerita, setelah 5 jam kami jalan kami menemukan sebuah pantai yang otomatis tak ada pohon lebat seperti didalam hutan disana kami melihat bintang2 yang sangat amat cantik benar ini adalah bintang di Malang yang paling cantik yang bisa kulihat sejak aku pertamakali ke Malang, tiba2 dari kejauhan terlihat 2 buah sinar senter ternyata itu adalah 3 orang calon TIM SARS yang lagi latian untuk mengikuti diklat menjadi TIM SARS, (suatu kebetulan yang sangat aneh dan luarbiasa ini keajaiban ALLAH), aku yakin itu dan langsung bertanya "kalian ngapain disini kok gak bawa tenda, alaskaki dan pencahayaan gak bawa pemandu lagi?".
Dan anda tau jawabanya "hehehe kami tersesat mas" mungkin itu bukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu tapi hanya itu yang ada otak kami saat itu, dan ternyata itu bukan segoro anakan tempat yang kami tuju wawawawaaawww terus masnya bilang "kalo kalian mau ikut kami aja kami mau kesegoro anakan" (wah pas banget dalam hati kami mas nya baik beut,,,,,"alay") ok , singkat cerita aja ya kami sampai deh di segoro anakan dan disana kami melihat beberapa tenda pengunjung yang sudah sampai duluan tentunya dan ingat kami TIDAK BAWA TENDA ok kami lihat ada pohon pandan kami tidur disana (cewek diutamakan) 5 menit kami memejamkan mata tiba2 gerimis mulai turun tak lama kemudian gerimis menjadi hujan kami tanpa alas dan tidur bercampur pasir pantai yang basah, lalu inisiatif dari mas wahyu untuk mencari goa di batu karang dan kami akhirnya pindah di goa itu atau lebih tepatnya di bawah batu karang dan kami tidur hingga pagi
ini foto nya saat di Pulau Sempu
Komentar
Posting Komentar