Menunda kebahagiaan, untuk kebahagiaan



Hanya tinggal bab 6, dengan mendengarkan lagu ini menggingatkanku akan kebebasanku bermain... tertawa...
ada kekhawatiran saat- saat seperti sekarang tak akan terulang, karena banyak yang telah berprasangka semakin dewasa seseorang akan lebih memikirkan tentang uang dan kebahagiaan materi, jujur aku takut jika prasangka itu akan terjadi setidaknya aku khawatir jika itu terjadi kepadaku dan teman- temanku, waktu untuk bermain, berbicara, menikmati bintang di pantai mendaki gunung bahkan hanya menikmati secangkir susu jahe di malam- malam yang dingin akan tak terulang lagi, karena kelelahan mengejar materi untuk memenuhi kebutuhan hidup,

saat aku berdiri sendiri dibawah gedung- gedung kampus biruku tanpa sadar mata yang seharusnya berbinar karena sebentar lagi akan dilantik menjadi sarjana, ternyata meneteskan air karena takut akan jauh dari kebahagiaan saat menghabiskan waktu dibawah gedung yang megah ini, 
ada hari- hari menagis sedih, ada hari- hari tertawa dan senyuman yang sangat hangat memeluku semoga yang diprasangkakan orang- orang tidak terjadi pada kehidupanku. (26/feb/2017).


Dini hari aku sering menyebutnya malam, kesalahanku karena kebiasaanku dan aku tak menyesalinya
mugkin karena aku lebih menyukai malam dari pada siang, mengharap malam akan melambat dan siang begitu cepat...

14 Maret 2017, seminggu yang lalu 7 Maret bab 6 yang sekaligus menandai pengerjaan Tugas Akhir kuliah di Filkom (PTIIK, 4 Tahun lalu) Universitas Brawijaya, sedikit senang, lebih banyak khawatir... setelah ini mau apa ? mau kemana?, mugkinkah masih bisa seperti waktu sekolah, waktu kuliah.....

seperti simalakama, ku akhiri, untuk memulai yang baru atau..... kuperlambat kebahaiaan untuk kebahagiaan yang lain.... masih, rasanya masih ingin seperti anak kecil, bermain bersama teman, berjuang bersama, melontarkan cita- cita yang entah mustahil tapi terus kami yakini....

satu lagi temanku wisuda, tepatnya kemarin sabtu 11 Maret 2017, Abid namanya wisuda pertama yang aku datangi selama ini, dan aku harap wisudaku jadi yang kedua... teman, pelatih, rekan... dia salah satu yang mengenalkan ku pada UKM, asli Mataram, Lombok NTB, pengalamanya jauh melebihi diriku, kadang aku juga menganggapnya sebagai guruku dalam berbagai hal, khusunya MP.

Sebernarnya ada dua orang lagi yang wisuda sabtu kemarin Kikit, teman, rekan magang, orang Kalimantan, Bontang lebih tepatnya mulutnya impor dari jawa, medok dan ceplas- ceplos. Satu lagi Alfin, asal Pasuruan, anak basket entah kapan dia ngerjain TA, tiba- tiba udah wisuda aja....tapi sayang keduanya tak terlihat saat aku sampai di lapangan rektorat, mugkin karena berjubel orang- orang dan sanak saudara dengan senyum yang hinggar- binggar saling memakaikan toga.....

pada akhirnya kupasrahkan... ikhlaskan.... lepaskan... pada Mu..... yang terbaik adalah rencanaMu....








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa memilih prodi PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia)

Tersesat di Pulau tak berpenghuni (Pulau Sempu)

Hampir selesai